Penduduk Indonesia Kurang Konsumsi Sayur, Buah dan Pangan Hewani – Departemen Gizi Fkm unair

memperingati hari gizi nasionalSeminar Hari Gizi Nasional Departemen Gizi FKM Unair

Dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional tahun 2016, Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga bekerjasama dengan Pergizi Pangan Indonesia menyelenggarakan seminar dengan tema “Mewujudkan Gizi Seimbang Menuju Bangsa Sehat Berprestasi”. Bertempat di Grand Kahuripan, Kampus C Unair, seminar ini dihadiri oleh 322 peserta yang terdiri dari perwakilan PKK Kota Surabaya, tenaga gizi puskesmas se Surabaya, pengurus Pergizi Pangan Jawa Timur, mahasiswa, serta awak media dan blogger, pada Sabtu (6/2).

Seminar ini menghadirkan empat pembicara dari unsur akademis dan pemerintah, yaitu Prof. Hardinsyah selaku Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia, Ir. Edy Purwanto Tertiyus, MMA dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Edi Suroso, S.KM dari seksi gizi Dinkesprov Jatim, dan Dr. Sri Adiningsih, dr., MS, MCN dari Departemen Gizi FKM UNAIR.

Menurut Prof Hardinsyah, rendahnya konsumsi buah sayur serta pangan hewani menunjukkan tingkat kesadaran dan kepedulian gizi seimbang warga yang perlu dicermati. Untuk itu, ia menyarankan kepada perwakilan PKK yang hadir untuk selalu kreatif dalam pengolahan makanan, terutama buah dan sayuran. “Bila anak tak suka buah dan sayuran, maka ibu-ibu harus kreatif dalam mengolah makanan. Buah atau sayur itu bisa dicampurkan ke dalam jenis makanan yang disukai si anak. Misalnya, wortel dicampur dengan tepung dan digoreng,” tutur Prof. Hardinsyah.

Menurut data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, bahwa 93,5% penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 10 tahun sangat kurang mengkonsumsi sayur dan buah. Sedangkan konsumsi pangan hewani pada ikan, telur, dan susu pada masyarakat Indonesia masih di bawah rata-rata konsumsi pangan hewani masyarakat ASEAN. Idealnya, lanjut Hardin, anjuran makan sayur 250 gr per hari dan makan buah 150 gr per hari. “Tapi kenyataanya masyarakat kita, konsumsi sayur perharinya hanya 60 gr dan buah 35 gr,” terang Prof Hardin.

Untuk menjamin ketersediaan keanekaragaman kebutuhan pangan di Indonesia, Edi Purwanto Tertiyus selaku perwakilan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim, mengatakan bahwa pihaknya kini sedang rutin melakukan sosialisasi pembuatan karang kitri dan rumah pangan lestari. Pada program ini, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim mengimbau warga untuk menanam tanaman pangan di sekitar pekarangan rumah. Sedangkan, untuk pengembangan kawasan rumah pangan lestari, pihak Badan Ketahanan Pangan membantu warga dengan penyediaan polybag.

“Sampai saat ini, sudah ada 2.000 karang kitri. Kita berupaya seluruh desa di Jatim akan mendapatkan karang kitri ini sehingga ketahanan pangan terjaga. Bahkan program ini sudah menghasilkan nilai tambah bagi masyarakat. Ada beberapa rumah tangga yang ikutan menjual lombok dan sayur-sayuran karena kelebihan,”  tutur Edi.

Dosen senior dari Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Dr Sri Adiningsih, dr., MS, MCN mengatakan upaya perbaikan gizi memerlukan dukungan berbagai pihak, sehingga masyarakat dapat pengetahuan dan awareness tentang permasalahan dan program gizi terkini. “Agar masyarakat bisa hidup sehat berprestasi karena mengetahui pentingnya konsumsi pangan hewani, buah dan sayur serta melakukan aktivitas fisik dalam mewujudkan bangsa sehat berprestasi,” katanya.

Sementara itu, Edi Suroso SKM, mengaku sudah banyak program yang dibuat untuk menanggulangi permasalahan gizi yang ada di Indonesia khususnya di wilayah Jawa Timur.
“Penanggulangan tersebut dapat bersifat preventif dan kuratif. Sampai saat ini program yang bersifat preventif melalui upaya promosi kesehatan terus ditingkatkan karena pada dasarnya upaya pencegahan dengan meningkatkan kewaspadaan tentang masalah gizi lebih baik daripada pengobatan,” ungkapnya. (diolah dari berbagai sumber)