Berakhirnya masa orde baru 21 tahun lalu tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 menjadi tonggak sejarah lahirnya era reformasi. Selama lebih dari tiga dekade Soeharto bertahta, Indonesia banyak mengalami peristiwa suka maupun duka. Sosok Soeharto di mata masyarakat luas dikenal begitu kontroversial dan penuh misteri.
Soeharto dikenal sebagai pemimpin yang otoriter. Hal itu dapat dibuktikan dari keputusan mutlaknya dalam membentuk kebijakan dwifungsi ABRI. Soeharto memberikan kesempatan kepada para militer untuk berperan dalam bidang politik di samping perannya sebagai alat pertahanan negara.
Ditambah transparansi tidak dijalankan sama sekali, selama 30 tahun lebih demokrasi Indonesia tidak diimplementasikan dengan maksimal. Seperti adanya pembatasan jumlah partai politik, penerapan sensor, dan penahanan lawan-lawan politik. Seluruh militer dan pegawai negeri hanya dapat memberikan suara kepada satu partai penguasa yakni Golkar.
Kondisi Indonesia kala itu begitu memprihatinkan. Masa pemerintahan Soeharto menimbulkan banyak pertentangan sebab Hak Asasi Manusia (HAM) tidak ditegakkan dengan benar. Tak ayal jika muncul banyak perlawanan dari kaum rakyat yang meminta Soeharto mundur dari jabatannya.
Namun siapa sangka di balik sikapnya yang begitu dominan ternyata ia cukup berjasa mengembangkan program kesehatan di Indonesia. Pemerintahan Soeharto berusaha keras menekan laju angka kelahiran karena pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat.
Wacana tersebut terealisasikan dalam wujud Badan Koordinasi Berencana Nasional (BKKBN) yang bertujuan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mengikuti program pembatasan jumlah anak maksimal dua. Program Keluarga Berencana (KB) dilaksanakan menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah terjadinya pembuahan antara sel sperma dengan sel ovum.
Hasilnya program KB tersebut mendapat respon positif dari banyak khalayak. Hal tersebut didasari dari data statistik yang meyatakan jumlah pengikut KB mengalami kenaikan dari 0,3 juta hingga mencapai 15,3 juta penduduk mulai tahun 1970-1986.
Selain KB, pelayanan Posyandu juga mulai dikembangkan pada rezim Soeharto yakni pada tahun 1984. Program Posyandu terdiri dari Kematian Ibu dan Anak (KIA), KB, gizi, penanggulangan diare, dan imunisasi. Posyandu tidak hanya dikhususkan untuk pelayanan balita saja namun juga pelayanan ibu hamil. Ibu hamil mendapat promosi serta distribusi vitamin A, zat besi, garam beryodium, dan suplemen gizi lain.
Sejalan dengan peristiwa turunnya Soeharto dari jabatannya, Pelayanan KB dan posyandu masih terus berjalan bahkan hingga sekarang. Potret kesehatan Indonesia pasca orde baru mengalami perkembangan cukup baik. Tampak sekali jika kinerja Pemerintahan Soeharto dalam memperbaiki derajat kesehatan masyarakat mencapai keberhasilan yang berdampak pada masa pemerintahan selanjutnya.
Penulis: Tunjung Senja Widuri
Tulisan ini mengalami beberapa penyuntingan tanpa mengurangi gagasan penulis.