FKM NEWS – Airlangga Public Health Student Association (APHSA) atau himpunan mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (UNAIR), ikut dalam serangkaian kegiatan Kementerian Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga (UNAIR). Kegiatan tersebut bertajuk “Gerakan Abdi Desa” dan berlangsung di Desa Ngepung, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Nganjuk tepatnya Dusun Sendanggogor. Desa itu merupakan wilayah yang berada di kawasan bukit gersang dengan akses jalan makadam yang cukup mengkhawatirkan.
Salah satu dusun terpencil yang menjadikan krisis air bersih sebagai masalah utama desa, serta seringkali menderita bencana kekeringan di musim kemarau. Badan Penganggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nganjuk selalu mengirimkan bantuan air sekitar dua truk per dua hari sekali untuk sekitar 200kk, namun hal itu tetap dirasa kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan warga.
Permasalahan baik dalam hal kesehatan, lingkungan, pendidikan, dan ekonomi masih bisa dikatakan besar dalam masyarakat. Di antaranya bidan yang kurang aktif; akses menuju pelayanan kesehatan yang jauh dan sulit; masalah sampah; air bersih; tidak adanya perpustakaan layak di SD dan lainnya.
GAD dilaksanakan pada Jumat (1/11/19) hingga Minggu (3/11/19) di Dusun Sendanggogor, Nganjuk. GAD merupakan program pengabdian yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat. Serta mencari desa baru untuk meneruskan tali estafet Gerakan Bangun Desa yang sebelumnya telah dilaksanakan selama enam tahun di Jolosutro, Blitar.
Ahmad Halhar, selaku ketua panitia GAD BEM UNAIR 2019 mengatakan bahwa FKM UNAIR dalam hal ini cocok untuk menangani masalah kesehatan yang ada di desa itu. Karena selain masalah lingkungan yang bisa dikatakan buruk, tenaga kesehatan, kader kesehatan, akses pelayanan kesehatan disini juga kurang. Jadi menurutnya, ini adalah tugas orang kesehatan masyarakat untuk memberikan solusi dan inovasi yang sesuai untuk desa ini.
“Saya undang FKM disini karena saya percaya kalau anak-anak FKM punya banyak solusi yang solutif dan inovatif untuk berbagai permasalah kesehatan masyarakat,” ucapnya.
Perwakilan anggota APHSA yang bertugas berjumlah empat orang dari angkatan 2018, yakni Nurul Dewi Oktavia, Natasya Dyah Ayu Rahmadani, Saskia Novianti, dan Pawestri Pandu Negari. Dalam kesempatan itu, mereka memaparkan tentang kesehatan lingkungan mulai dari masalah sampah, air, pencemaran lingkungan, dan juga praktik inovasi ekobrik.
Paktik ekobrik yang dilaksanakan di akhir sesi sosialisasi mendapat antusias warga yang cukup tinggi. Hal ini karena, warga baru pertama kali mendapatkan sosialisasi mengenai pemanfaatan sampah dengan metode ekobrik.
“Praktik ekobrik sangat bagus, karena masyarakat disini sepertinya sangat antusias, karena ini kali pertama mereka mendapatkan pengetahuan tentang ekobrik,” ungkapnya. (*)
Penulis : Ulfah Mu’amarotul Hikmah