Masalah Gizi Ganda (MGG) pada tingkat individu (intra-individual) mengarah pada pengembangan dari dua jenis malnutrisi misalnya obesitas dengan anemia atau kekurangan vitamin atau mineral lain. Obesitas adalah akumulasi lemak yang abnormal yang ditandai dengan BMI ≥ 30 kg/m2 dan menjadi faktor risiko dari 3 penyakit pembunuh teratas (penyakit kardiovaskuler, diabetes dan kanker). Anemia dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi jumlah sel darah merah atau hemoglobin (Hb) kurang dari normal (WHO : 12,00 g/dl). Obesitas dan anemia berhubungan secara kausal dimana peradangan terkait dengan obesitas mengganggu penyerapan zat besi melalui stimulasi hepsidin yang mengatur penyerapan zat besi. Hepsidin adalah suatu hormon peptida yang berfungsi sebagai pengatur penyerapan zat besi di usus, dimana hormon ini memainkan peran penting dalam homeostasis zat besi. Tingkat hepsidin yang lebih tinggi akan membatasi masuknya zat besi ke usus, hati dan limpa, atau menghambat transportasi Fe, sehingga dalam keadaan kronis akan menyebabkan anemia. Masalah obesitas dan anemia pada tingkat individu ini banyak dialami oleh populasi dewasa utamanya perempuan. Baik obesitas maupun anemia berkontribusi terhadap angka morbiditas, mortalitas, ekonomi dan kualitas hidup seseorang.
Pada tahun 2016, sebanyak 650 juta orang usia ≥ 18 tahun di dunia mengalami obesitas, dan 15%nya adalah wanita (11% pria). Pada tahun yang sama, secara global, 29% wanita usia subur (WUS) 15 – 49 tahun mengalami anemia. Tahun 2011 – 2016, sebanyak 52,5% WUS pada 7 negara di Asia Selatan dan Tenggara mengalami anemia. India adalah salah satu negara yang mengalami kenaikan prevalensi baik pada obesitas maupun anemia. Berdasarkan data nasional,prevalensi obesitas pada wanita meningkat secara signifikan yaitu sekitar 20,7% pada tahun 2015 – 2016 menjadi 24,0% pada tahun 2019 – 2021. Begitu juga dengan anemia, kasus anemia di India pada populasi wanita usia 15 – 49 tahun sekitar 53,1% pada tahun 2015 – 2016 meningkat menjadi 57% pada tahun 2019 – 2021.
Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol adalah dua kebiasaan yang merupakan faktor risiko dari obesitas dan anemia. Zat – zat toksin pada rokok seperti nikotin dapat bekerja menekan nafsu makan yang dapat menyebabkan asupan makan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan seseorang mengurangi asupannya dan menyebabkan berkurangnya protein dan zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan Hb menurun. Konsumsi alkohol yang berlebih akan mempengaruhi berbagai kerja organ dalam tubuh termasuk organ pencernaan. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan penyerapan zat gizi di dalam pencernaan, sehingga dapat menyebabkan zat – zat gizi tidak terserap dengan baik dan dapat mempengaruhi kadar bahan utama untuk pembentukan Hb sehingga menyebabkan anemia. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan di Filipina pada populasi dewasa, dilaporkan bahwa kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor risiko Double Burden of Malnutrition (DBM) atau MGG. Konsumsi alkohol meningkatkan risiko anemia baik pada orang dengan status gizi obesitas, obesitas sentral, kelebihan berat badan maupun kekurangan berat badan pada populasi dewasa di Taiwan.
Alfadhila Khairil Sinatrya, melakukan penelitian yang mempelajari faktor risiko anemia pada wanita obesitas usia 18 – 49 tahun di India dimana kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol termasuk faktor yang dipelajari. Penelitian ini memanfaatkan Big Data yaitu National Family Health Survey (NFHS) India 2019 – 21 sehingga lebih merepresentasikan hasil pada tingkat nasional. Studi ini melibatkan 27.085 wanita dengan status gizi obesitas 1 (BMI 30,00 – 34,99 kg/m2) usia 18 – 49 tahun. Status anemia diartikan sebagai wanita yang memiliki Hb <11 g/dL pada saat survei nasional dan menjadi variabel dependen. Status merokok dan konsumsi alkohol merupakan variabel independen. Hubungan status anemia dengan variabel penelitian dianalisis menggunakan chi-square test untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan satu variabel independen. Selanjutnya dilakukan pengujian secara bersama – sama menggunakan regresi logistik biner metode Enter untuk mengetahui nilai Odds Ratio (OR) dan mengetahui seberapa besar variabel bebas yang signifikan terhadap variabel terikat. Seluruh uji statistik menggunakan Confidence Interval (CI) 95% (p-value<0,05).
Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 6979 wanita obesitas usia 18 – 49 tahun atau 25,8% mengalami anemia. Sebanyak 1237 wanita obesitas usia 18 – 49 tahun atau 4,6% memiliki kebiasaan merokok, dan 362 wanita obesitas atau 1,3% mengkonsumsi alkohol. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi-square kebiasaan merokok memiliki hubungan yang signifikan dengan status anemia (p=0,038) dan konsumsi alkohol tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan status anemia (p=0,058). Namun setelah dimasukkan ke dalam model regresi logistik, variabel kebiasaan merokok menunjukkan model yang tidak fit karena tidak memiliki nilai yang signifikan, sehingga variabel ini dikeluarkan dari model.
Berdasarkan penelitian ini, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan status anemia pada wanita obesitas usia 18 – 49 tahun di India berdasarkan analisis data NFHS 2019 – 2021. Namun mengingat adanya efek negatif dari rokok dan alkohol, pemerintah India perlu mengantisipasi meningkatnya risiko masalah kesehatan yang dapat diakibatkan dari kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Selain itu, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengurangi risiko peningkatan prevalensi anemia dan obesitas pada masyarakat India melalui faktor risiko lain seperti usia, pendidikan, agama, asupan makanan, hingga faktor ekonomi.
Penulis Artikel : Alfadhila Khairil Sinatrya (Gizi Kesehatan Masyarakat 2020)