UNAIR NEWS – M. Suhron atau yang akrab disapa Suhron berhasil menyelesaikan pendidikan S3 dengan disertasi berjudul Pengembangan Model Kesiapan Keluarga Merawat ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) Pasca Pasung Berbasis Situation Awareness di Masyarakat Madura. Selepas menyelesaikan studinya, wisudawan peraih IPK 3,94 tersebut terus melanjutkan aktivitasnya sebagai pengajar di STIKES Ngudia Husada Madura.
Selain kuliah, mengajar, melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, Suhron juga menyempatkan diri untuk menjadi relawan di Komunitas Peduli SkizofreniaIndonesia.
Meskipun begitu, Suhron tetap aktif mengikuti perkuliahan. Dia juga berusaha untuk terus meningkatkan dan memperbarui ilmu yang pernah dia dapatkan, khususnya terkait teknik pemodelan dan kesehatan masyarakat dengan cara selalu bertanya di setiap kesempatan.
“Bertanya adalah kunci saya. Sampai ada dosen yang bosen dengan saya karena selalu bertanya,” jelas Suhron.
Suhron juga memiliki rumus rahasia agar dapat menyelesaikan disertasi dengan baik dan mendapatkan IPK tinggi. Yaitu selalu melibatkan Allah di setiap urusan.
Suhron selalu percaya bahwa promotor adalah milik Allah, ko-promotor adalah milik Allah, penguji adalah milik Allah. Dan dia juga menganggap siapapun yang ada di depannya adalah hamba Allah. Sehingga, selama berjuang meyelesaikan studi dia selalu merayu Sang Pemilik dengan Janji-Nya dan Syariat-Nya.
Selain itu, dalam menyikapi setiap rintangan Suhron selalu menyikapi dengan pikiran yang positif. Serta, meminta bantuan doa orang tua dan keluarga.
“Nikmat itu bisa buruk dan baik menurut kita. Tapi baik menurut Allah itulah nikmat sesungguhnya,” ujar Suhron.
Ke depannya, Suhron berencana untuk mengaplikasikan hasil disertasinya kepada masyarakat yang lebih luas. Memberdayakan mahasiswa, teman, dan stake holder terkait untuk menyukseskan Bebas Pasung Terintegrasi. (gal/bin)
Dilansir dari http://news.unair.ac.id/2019/07/12/wisudawan-terbaik-s3-fkm-selalu-bertanya-adalah-kunci-saya/