FKM NEWS-Universitas Airlangga, yang mengedepankan slogan “Excellence with Morality”, tiap tahunnya selalu aktif dalam melaksanakan program kemitraan kepada masyarakat. UNAIR hadir untuk bekerjasama dalam menyesaikan permasalahan yang terjadi masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat, sebagai salah satu pelaksana program kemitraan tahun ini, telah berhasil membangun bank sampah pada desa mitra, yakni desa Samirplapan, kecamatan Duduksampyean, Gresik.
Berangkat dari keresahan masyarakat, yang merasakan kesulitan menangani penumpukan sampah di lingkungannya. Desa Samirplapan berada tepat di pinggir Jalan Raya Gresik-Babat yang merupakan jalan raya utama menuju Lamongan. Hal tersebut mengakibatkan Desa ini dilalui oleh berbagai jenis kendaraan dalam waktu 24 jam, sehingga mengakibatkan banyaknya sampah yang dibuang sembarangan di pinggir jalan.
“Setiap jamnya pasti ada saja, sopir truk atau kendaraan yang sejenak beristirahat di desa kami. Namun, sampah mereka dibuang begitu saja dan dibiarkan terus menumpuk” ungkap salah satu penduduk dusun Samir yang rumahnya berdekatan dengan jalan raya.
Pembuangan sampah sembarangan dapat menjadi sarang nyamuk yang dapat menjadi vektor penyakit, salah satunya adalah penyakit demam berdarah. Hal tersebut dibuktikan dengan masih sering ditemukannya penyakit demam berdarah di Desa Samirplapan.
Oleh karena itu, bank sampah merupakan salah satu alternatif solusi untuk program pengelolaan sampah di desa tersebut. Bank sampah yang ditawarkan dapat menambah penghasilan warga sekaligus sebagai unit usaha bagi ibu-ibu PKK yang sebagian besar merupakan ibu rumah tangga. Selain dapat mengurangi timbulan sampah, juga akan mempercantik Desa Samirplapan yang didukung dengan adanya sentra kerajinan tangan bahan baku sampah anorganik sehingga bisa menarik minat wisatawan.
“Desa Samirplapan sesungguhnya berada di posisi strategis untuk menjadi tempat peristirahatan sejenak di sela kemacetan Jalan Raya Gresik-Babat yang merupakan jalur utama menuju Lamongan. Dengan adanya bank sampah ini, diharapkan kedepannya hasil olahan sampah bisa terpusat pada satu sentra dan menjadi daya tarik wisata” ujar Ibu Khuliyah Candraning Diyanah, S.KM., M.KL., selaku pencetus program bank sampah dari FKM Universitas Airlangga.
Pelaksanaan program telah berjalan selama 6 bulan dari bulan Juli 2018, dan kini telah memiliki anggota sejumlah 35 orang. Program ini mengundang antusias dari banyak masyarakat. Meskipun tentu saja ada yang kontra dengan ide bank sampah ini, karena perlu waktu dalam mengajak semua masyarakat untuk turut berpartisipasi aktif.
“Sangat sulit untuk membiasakan masyarakat disini agar memilah dan menabung sampahnya di bank sampah. Padahal sudah seringkali diajak dan dijelaskan manfaat yang bisa didapat. Semoga dengan adanya bank sampah ini, setidaknya tabungan uang dari pengumpulan sampah bisa dilihat secara langsung dan menarik minat masyarakat lain.” ujar salah satu kader Bank Sampah di dusun Samir, desa Samirplapan, Gresik.
Satu upaya kecil yang memang tampak sederhana, yakni dengan memilah dan menabung sampah, justru bisa membawa perubahan besar bagi lingkungan. Di samping itu, banyak manfaat ekonomis yang bisa diperoleh dari sampah sebagai sumber penghasilan baru.
Pendirian bank sampah ini diharapkan dapat menjadi momentum awal dalam membangun kesadaran kolektif masyarakat untuk memulai memilah, mendaur-ulang dan memanfaatkan sampah. Karena kini sampah justru bisa memiliki nilai jual yang cukup baik, maka diharapkan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan dapat menjadi budaya baru dan daya saing masyarakat Indonesia.(IAR)