FKM NEWS – Menghadapi era revolusi industri 4.0, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) daerah Jawa Timur menggelar acara seminar yang didukung oleh beberapa universitas termasuk salah satunya adalah Universitas Airlangga (UNAIR). Acara tersebut dilaksanakan pada Rabu (09/10/19) di Ruang Kahuripan 300, Lantai 3 Kantor Manajemen Kampus C UNAIR.
Mengusung tema “Peran dan Tantangan Ahli Kesehatan Masyarakat di Era Disruption 4.0”, salah satu yang menjadi pembahasan penting adalah kesehatan jiwa. Direktur Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya, dr. Herlin Ferliana, M.Kes. sebagai narasumber mengatakan bahwa akibat kemajuan teknologi di era disrupsi, muncul penyakit baru yang mengakibatkan seseorang menjadi kecanduan terhadap gadget.
“Ada beberapa pasien kami (RSJ Menur, Red) itu adalah anak-anak yang tidak bisa dilepas dari gadgetnya, sehingga WHO resmi menetapkan kecanduan game atau gaming disorder sebagai penyakit gangguan mental untuk pertama kalinya,” ucapnya.
Selain itu, dia juga menambahkan bahwa menurut data riset kesehatan dasar (Riskesdas), orang dengan gangguan jiwa di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 400 persen dari tahun 2013 sampai 2018. Hal tersebut disebabkan karena kebanyakan pasien gangguan jiwa tidak meminum obat secara rutin.
Dampak gangguan jiwa terhadap seseorang itu bermacam-macam. Salah satunya dapat membuat seseorang bunuh diri. Hal tersebut menjadi masalah yang serius, tidak hanya bagi negara yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi tetapi juga bagi negara yang kaya sekalipun.
“Menurut WHO, setiap tahunnya ada 18.000 orang yang bunuh diri akibat gangguan jiwa, kasus ini (bunuh diri, Red) menjadi masalah bukan hanya untuk negara yang banyak kemiskinan tetapi juga menjadi problem untuk negara kaya,” tuturnya.
Tantangan di era disrupsi yang berkaitan dengan kesehatan jiwa sangat banyak. Di antaranya adalah pengangguran akibat otomatisasi yang tinggi dan maraknya hoaks juga ketimpangan sosial yang dapat merusak hubungan antar manusia. Sehingga perlu perubahan yang baik dalam pelayanan kesehatan jiwa.
Sebagai penutup, dia menegaskan bahwa gangguan kesehatan jiwa dapat mempengaruhi kesehatan badan. Apabila kedua hal tersebut tidak berjalan secara bersamaan, maka sumber daya manusia (SDM) unggul tidak dapat tercapai dan Indonesia tidak dapat bersaing dengan negara-negara lainnya.
“Kesehatan badan apabila terganggu maka dapat mempengaruhi kesehatan jiwa, jika kesehatan jiwa tidak dibetulkan maka cepat atau lambat juga akan mempengaruhi kesehatan badan dan kalau hal ini (kesehatan jiwa dan kesehatan badan, Red) tidak dapat berjalan bersama-sama, maka SDM unggul tidak akan tercipta sehingga kita tidak akan bisa berkompetisi dengan negara-negara yang lain,” pungkasnya. (*)
Penulis : Dita Aulia Rahma
Editor : Ulfah Mu’amarotul H