FKM NEWS – Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) terus berupaya melahirkan sarjana kesehatan masyarakat (S.KM) yang berkualitas. Salah satu caranya adalah dengan mengasah kemampuan calon S.KM untuk menguasai media melalui mata kuliah dasar media komunikasi, informasi dan edukasi (Dasmed KIE) dari departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP).
Dr. Sri Widati S.Sos., M.Si, (Wiwid) salah satu dosen pengampu mata kuliah tersebut menjelaskan bahwa kedepannya S.KM harus turun ke lapangan. Ketika mentransferkan pesan kepada masyarakat di lapangan, mereka membutuhkan media. Untuk itu, penting bagi para S.KM untuk menguasai media baik itu visual, audio maupun audio visual.
“Melalui mata kuliah ini, kami menyiapkan calon S.KM agar mereka tahu seperti apa proses pembuatan media dan bagaimana membuat isi pesan yang bisa sampai dan diterima oleh masyarakat,” jelas Wiwid.
Sehingga, pada akhirnya mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat akan diberikan tugas untuk membuat suatu media. Yang kemudian, hasil dari tugas tersebut akan dipresentasikan di depan teman-teman sekelasnya di laboratorium audio visual aid (Lab AVA). Sebelum mempresentasikan hasil kerjanya, terlebih dahulu mahasiswa harus menguasai materi yang disampaikan dosen mengenai P-Process. Terdapat enam langkah dalam teori P-Proses tersebut.
Langkah pertama (P1) adalah analisis. Sebelum membuat media, terlebih dahulu harus melakukan analisis dan penilaian kepada masyarakat sasaran. Bagaimana kondisi sasaran, karakter, kondisi sosio demografi, dan lain sebagainya.
Kemudian berdasarkan hasil P1 itulah, masuk ke tahap P2 yaitu desain strategic. Dalam hal ini, mahasiswa mulai menentukan media seperti apa yang cocok untuk diterapkan kepada masyarakat sasaran.
“Misalnya di P2 media yang cocok untuk diterapkan adalah visual. Kemudian, visual seperti apa yang cocok untuk masyarakt sasaran? Bentuknya seperti apa? Dan itu semua harus berdasarkan hasil P1,” ucap Wiwid.
Baru setelah ditentukan desain strategisnya, lanjut ke P3 yaitu ditentukan uji cobanya. Menurut Wiwid, sebelum media diproduksi maka terlebih dahulu harus di uji coba. Uji coba tersebut bisa langsung dilakukan ke masyarakat sasaran atau kepada expert.
Ketika ditemui adanya ketidak sesuaian maka harus direvisi tersebut untuk kemudian bisa masuk ke P4 yaitu tahap produksi. Ketika sebuah media sudah diproduksi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan, maka tahap P5 adalah diimplementasikan dan dilakukan monitoring dan evaluasi. Hingga pada akhirnya masuk pada tahap terakhir (P6) yaitu kegiatan diulang kembali berdasarkan hasil evaluasi.
Sebagai contoh, hasil dari P Process yang dilakukan oleh mahasiswa alih jenis (AJ) pada Rabu (29/5/2019) kemarin mendapatkan bahwa pada P1 masyarakat sasaran menyukai bentuk performance seperti opera van java (OVJ). Maka dari itu, kemudian mereka memodifikasi OVJ tersebut menjadi opera van dasmed (OVD).
Sementara itu, untuk media visual yang dikehendaki masyarakat sasaran adalah poster. Sehingga selain menyajikan pertunjukan mereka juga membuat poster sebagai media visualnya. Sementara untuk substansi yang disampaikan oleh mereka adalah terkait evaluasi 5R di kantin FKM UNAIR.
“Melalui mata kuliah ini, kita berharap bahwa mahasiswa ketika lulus sudah siap untuk membuat media dilapangan sehingga bisa bekerja dengan baik,” pungkas Wiwid.
Penulis : Galuh Mega Kurnia
Editor : Ilham Aksanu Ridlo