Kondisi Tubuh Ketika Berpuasa Dilihat dari Sudut Pandang Gizi

UNAIR NEWS – Menurut Trias Mahmudiono S.KM., M.PH (Nutr.)., GCAS., Ph.D atau Trias, ahli gizi FKM UNAIR, puasa merupakan ibadah yang tidak hanya melatih kesabaran dan empati kita terhadap saudara yang tidak mampu. Namun juga membuat kita lebih teratur dan disiplin dalam mengonsumsi makanan.

Trias menjelaskan, saat bulan Ramadhan dan berpuasa, circadian rhythm tubuh kita sedikit berubah. Yang biasanya jarang bangun malam atau dini hari, akan bangun untuk makan sahur. Asupan makanan kita yang biasanya dilakukan pada pagi, siang dan sore atau malam hari juga berubah menjadi waktu berbuka dan sahur saja dengan lama puasa di daerah katulistiwa sekitar 8 jam.

Aktivitas fisik kita saat puasa juga seringkali berubah menjadi lebih rendah. Jam kerja di banyak instansi dan perusahaan juga ikut berkurang. Sehingga kebutuhan gizi kita saat puasa jika dikaitkan dengan aktivitas juga sedikit menurun.

Bagi orang yang sehat, puasa bila dilakukan dengan memperhatikan kecukupan gizi dan hidrasi yang tidak akan memberikan dampak yang buruk. Justru menurut hasil penelitian,  puasa dapat menurunkan berat badan hingga rata-rata 1,2 kg dan memperbaiki profil lemak dengan meningkatnya kolesterol baik (HDL) dan menurunkan kolesterol buruk (LDL).

“Memang terkadang permasalahan yang kita hadapi seringkali kalap saat berbuka sehingga mengonsumsi makanan secara berlebihan,” ucap Trias.

Untuk memenuhi kebutuhan gizi selama puasa sehingga meski sedang beraktivitas seperti biasanya, maka perlu diperhatikan asupan ketika berbuka hingga makan sahur. Hal tersebut karena, ketika seharian berpuasa kadar glukosa dalam darah menjadi turun. Sehingga jika tubuh memerlukan energi maka akan memecah cadangan yang ada diotot dan hati.

Selalin itu, masalah dehidrasi juga penting untuk diperhatikan. Mengingat selama sekitar delapan jam tubuh tidak dimasuki oleh air. Maka ketika puasa sebaiknya menghindari mengonsumsi makanan dan minuman yang asin.

Oleh karena itu, ketika masuk waktu buka puasa, Trias menganjurkan untuk menyegerakan menghidrasi tubuh dengan minum air mineral. Dan meningkatkan kadar gula tubuh dengan mengonsumsi buah kurma sebagaimana sunnah nabi. Jika tidak ada kurma, dapat digantukan dengan buah yang berair seperti semangka, melon atau papaya. Atau bisa juga dengan memakan sup puree atau sop berkuah.

Baru kemudian setelah sholat magrib mengkonsumsi makanan yang memiliki serat pangan seperti sayur dan buah, nasi atau whole wheat bread. Kemudian, sebelum dan sesudah sholat tarawih hendaknya tetap menambah konsumsi air minum untuk mencegah dehidrasi saat puasa.

“Begituhalnya saat sahur, sebaiknya memakan makanan yang tinggi serat dan karbohidrat kompleks. Caranya usahakan selalu mengonsumsi sayur dan buah saat sahur. Hal ini penting untuk memperlambat rasa lapar saat puasa di siang harinya,” jelas Trias.

Porsi untuk makan berat tersebut tetap mengikuti anjuran makanan gizi seimbang seperti yang ada di “Isi Piringku”. Dengan setiap porsi makan berisi setengahnya sayur dan buah dan setengah yang lain berisi makanan pokok dan lauk.

“Rasulullah sudah memberikan gambaran bahwa perut kita isi 1/3 makanan, 1/3 air dan 1/3 udara. Rule of thumb ini cocok dipakai agar kita tidak sebah setelah berbuka puasa,” ujar Trias.

Trias berharap, bukan hanya acara buka puasa bersama yang marak di Ramadhan tahun ini. Namun juga gerakan untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia melalui zakat dan pemenuhan permakanan bagi masyarakat kurang mampu, balita dan lansia menjadi semakin baik karena kita ikut merasakan beratnya latihan menahan haus dan lapar selama satu bulan penuh.

Penulis : Galuh Mega Kurnia
Editor : Ilham Aksanu Ridlo
Ilustrasi oleh Galuh Mega Kurnia