FKM NEWS-Wilayah Indonesia sangat berpotensi terjadi gempa bumi karena posisinya yang berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indoaustralia dan Pasifik Selain berada di antara lempeng-lempeng utama dunia, posisi Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik.
Pada 28 September di Palu, sejak pagi terjadi gempa kecil dan puncaknya terjadi pada pukul 18:02 WITA terjadi gempa hebat dengan kekuatan 7,4 pada skala Richter saat Patahan Palu Koro yang melintasi Kota Palu bergeser sekitar 10 kilometer di bawah permukaan tanah. Sejak saat itu, ada sedikitnya 500 gempa susulan di Palu, yang sebagian besar di antaranya tidak dirasakan warga. Pusat gempa yang berada pada kedalaman 10 km di bawah permukaan tanah dengan kekuatan yang besar memberikan dampak yang hebat, dengan terjadinya tsunami, dan likuifaksi.
Tiga wilayah di Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi mengalami dampak yang paling parah.
Akibat bencana yang hebat ini, maka banyak terjadi kerusakan pada sarana dan prasarana pelayanan masyarakat, termasuk layanan kesehatan. Kondisis ini menjadikan layanan program kesehatan menjadi terganggu.
Di sisi lain, petugas kesehatan setempat sebenarnya juga merupakan korban, yang menyebabkan kinerja mereka juga tidak maksimal. Bencana juga menyebabkan potensi terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit. Oleh karena itu, perlu diidentifkasi kondisi yang dapat mengarah pada KLB dengan melakukan surveilans.
Keberadaan epidemiolog untuk dapat melakukan identifikasi kebutuhan kesehatan dan potensi KLB menjadi sangat penting. Terdorong untuk dapat mendarmabaktikan ilmu yang dimiliki sebagai bentuk tanggungjawab FKM Universitas Airlangga perlu ikut terlibat dalam kegiatan surveilans akibat bencana di Provinsi Sulawesi Tengah ini.
Mahasiswa Prodi Magister Epidemiologi Minat Epidemiologi Lapangan (Field Epidemiology Training Program-FETP)merupakan kelompok tenaga yang potensial dapat dimobilisasi untuk membantu pelaksanaan kegiatan, karena melakukan surveilans, memberikan respon bencana, dan investigasi KLB merupakan kompetensi utama sesorang lulusan program Epidemiologi Lapangan.
Dua mahasiswa FETP Universitas Airlangga yaitu Andini Rizki Amanda dan Harni Utari Nennong, bersama dengan 12 mahasiswa FETP lain yang berasal dari PT penyelenggara FETP di Indonesia (Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Udayana, dan Universitas Hasanudin) di bawah koordinasi sekretariat FETP Indonesia telah berada di Palu sejak Jumat, 12 Oktober 2018.
Mereka akan membantu tim dari Direktorat Surveilan dan Karantina Kesehatan (Dit SKK) Kemenkes untuk melakukan kegiatan analisis risiko kesehatan pasca bencana, surveilans untuk mengidentifikasi potensi terjadi KLB, dan investigasi KLB jika diperlukan. Sejak siang sampai malam 20:20 WITA mahasiswa mengikuti pembekalan penggunaan tools untuk aktivitas di lapangan, serta mendiskusikan strategi pengelolaan masalah berdasarkan hasil analisis cepat risiko yang telah dilakukan oleh tim Dit SKK Kemenkes bersama resident advisor FETP Indonesia.
Pemberian bantuan teknis seperti ini bukan baru pertama kali dilakukan. Sebelumnya pada Gempa Lombok Tim FETP Universitas Airlangga dengan dukungan pendanaan dari FKM Universitas Airlangga dan FETP Indonesia juga melakukan kegiatan serupa.(ACH)