Mahasiswa Universitas Airlangga mengikuti kegiatan bakti sosial di Pulau Masalembu, Sumenep, salah satu daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) di Jawa Timur. Mahasiswa tersebut adalah Anca Laika, mahasiswa semester empat Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR.
Anca berangkat bersama beberapa sukarelawan eks. peserta Ekspedisi Nusantara Jaya 2016, ekspedisi yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Maritim dan Sumber Daya RI. Keikutsertaan Anca terhadap kegiatan yang berlangsung sejak 29 Maret hingga 7 April itu berawal dari keprihatinan dirinya terhadap kondisi anak-anak di Pulau Masalembu.
“Ini untuk kedua kalinya saya ke Pulau Masalembu. Pertama saat saya tergabung dalam Ekspedisi Nusantara Jaya tahun 2016 silam,” ujar Anca.
Bakti sosial di Pulau Masalembu meliputi periksa dan konsultasi kesehatan, sosialisasi gosok gigi, serta Kelas Inspirasi di SD, SMP, maupun SMA di Pulau Masalembu. Sosialisasi gosok gigi dilaksanakan di Sekolah Dasar Yayasan Darud Da’wah Wal-Irsyad (DDI) Mandar, Desa Sukajeruk, Kecamatan Masalembu.
Sosialisasi ini dilakukan mengingat hampir semua anak di Pulau Masalembu jarang menggosok gigi. Selain itu, dalam menggosok gigi mereka masih menggunakan sikat gigi orang dewasa. Maka tak heran, banyak anak-anak yang memiliki gigi keropos, munculnya karang gigi, dan masalah gigi lainnya. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat di pulau Masalembu juga tergolong minim.
Selain sosialisasi gosok gigi, dalam bakti sosial itu juga dilakukan bagi-bagi sikat gigi anak sesuai dengan usia mereka. Dalam pembagian sikat gigi ini para relawan mendapat bantuan dari Rumah Zakat, Malang.
“Sempet kaget waktu tahu kalau mereka mengosok gigi hanya pagi saja, bahkan ada yang 3 hari sekali. Dan juga mareka kalau gosok gigi mengunakan sikat gigi orang tuanya yang gede, kan nggak sesuai dengan kapasitas mulut mereka. Selain itu, sikat gigi anak di sini sangat jarang. Kalaupun ada harganya mahal,” ujur mahasiswa yang pernah meraih juara I Lomba Cipta Media Promosi Kesehatan memperingati hari AIDS Dunia, Provinsi Jawa Timur ini.
Saat sosialisasi, anak-anak diberi wawasan seputar tata cara menggosok gigi yang benar. Sebab, cara mengosok gigi yang salah dapat menjebabkan bakteri dalam mulut tetap ada walaupun sudah mengosok gigi.
“Mereka taunya kalau menggosok gigi yang benar itu gerakan sikat giginya ke kanan dan ke kiri, dan itu salah besar. Gerakan yang benar saat mengosok gigi adalah untuk gigi depan gerakannya ke atas dan ke bawah, supaya sela-sela gigi kita juga ikut bersih. Kalau ke kanan dan ke kiri, sela-sela gigi kita nggak kesikat alias nggak bersih,” imbuhnya.
Puskesmas setempat di Dusun Sukajeruk, Masalembu, sangat mendukung kegiatan ini. Terlihat, saat pelaksanaan kegiatan sosialisasi, pukesmas setempat turut serta mengawasi dan membantu perizinan ke tempat sasaran.
“Saya sangat mendukung kegiatan ini. Memang benar PHBS di Masalembu sangat minim, karena memang jarang atau bahkan tidak ada sama sekali sosialisasi tentang PHBS,” ujar Suaidi, salah satu pegawai di Pukesmas Masalembu dengan logat khas Madura-nya.
Menurut Suaidi, minimnya sosialisasi kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep disebabkan terbatasnya Sumber Daya Manusia. Adapun sosialissai yang pernah dilakukan hanya ketika ada masyarakat yang sakit atau munculnya wabah seperti malaria.
Selain pembagian sikat gigi gratis, dalam bakti sosial ini juga dilakukan pembagian susu gratis, serta hadiah bagi anak-anak yang berani maju ke depan menjawab pertanyaan atau mempraktikkan cara mengosok gigi yang benar.
Harapannya, usai kegiatan ini mengosok gigi dapat menjadi budaya bagi anak-anak, khususnya di Pulau Masalembu. Sehingga, PHBS di Pulau Masalembu dapat meningkat. (*)
Editor : Binti Q. Masruroh