FKM NEWS – Belajar tak cukup hanya mengikuti kegiatan perkuliahan di dalam kelas. Tetapi perlu memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan ilmu yang lebih dari dunia luar. Salah satunya contohnya seperti yang telah diikuti oleh mahasiswi FKM UNAIR yang mengikuti serangkaian kegiatan International Conference of ASEAN Studies (ICOAS) di Universidad Autonoma de Madrid, Spanyol pada tanggal 20-24 Maret 2018. Mereka adalah Lutfiana Nur dan Mindianata Putri, mahasiswi semester 8 dari peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
ICOAS diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia-Spanyol (PPI Spanyol), sebagai refleksi 50 tahun berdirinya ASEAN. Konferensi ini mendiskusikan isu-isu baru, fokus pada ide-ide inovatif dan perkembangan terbaru di semua bidang ilmu pendidikan sosial, termasuk ekonomi, sosial, pemerintahan daerah, diplomasi, politik, perbatasan kesehatan dan perpindahan penduduk. Isu menarik untuk didiskusikan dalam kancah internasional. Kegiatannya mulai dari main conference, panel discussion, innaguration, workshop, Asean Cultural Exchange dan networking.
Lutfiana dan Mindianata patut berbangga karena dari total ribuan paper yang diterima oleh panitia, hanya 42 tim yang lolos. Paper yang mereka submit berjudul The Issue of Parenting Children Due To Early Marriage (Study in Bangkalan Madura). Mereka tidak menyangka ternyata presentasi mereka mendapat apresiasi yang cukup besar dari partisipan berbagai Negara. “Mungkin masalah pernikahan dini sudah dianggap masalah sepele di berbagai negara sehingga sering diacuhkan. Namun disini kami mengangkat dampaknya terhadap pola asuh anak. Negara lain sadar bahwa ini masalah besar”, ucap Lutviana.
Lalu bagaimana cerita mereka bisa sampai kesana? Mindianata mengisahkan proses persiapannya, “Wah.. drama banget prosesnya. Hambatannya kemarin lebih ke teknis persiapan, seperti proses pengurusan visa, lalu saat mencari penginapan disana. “Kami sangat berterimakasih atas bantuan dan dukungan dari FKM. Supportnya begitu besar”, tambah mahasiswi yang akrab disapa Mindi ini.
Mindi mengaku sangat aktif berorganisasi. Sampai suatu hari ia mendapat banyak masukan dari teman-teman dekatnya untuk mencoba hal baru untuk lebih mengimprove dirinya. “Kita harus keluar dari zona nyaman, berkumpul dengan orang-orang baru, cari pengalaman baru, supaya diri kita nggak stuck disitu-situ aja”, papar Mindi.
Berbeda dengan Mindi, Lutfiana Nur punya cerita yang berbeda. Ia justru tidak pernah bergabung di organisasi kampus dan kepanitiaan. Mahasiswi yang menyukai dunia kepenulisan ini mencoba untuk menekuni keahlian menulisnya disesuaikan dengan disiplin ilmu yang sedang ia tempuh. “Awalnya saya memang suka menulis seperti cerpen, novel. Lalu semakin dalam memahami dunia kampus, saya jadi ingin mencoba nulis yang lebih ilmiah. Jadi sering ikut lomba seperti Karya Tulis Ilmiah gitu.”
Lutfiana ingin membuktikan bahwa keterbatasan kemampuan akademik dan materi, bukan menjadi alasan untuk sukses dan mencapai cita-cita. “Menurut saya, apa yang kita punya di dunia ini, tidak sama sekali menentukan kehidupan kita, Kita hanya cukup percaya, berusaha, dan berdo’a supaya semuanya dapat terjadi”, tutup mahasiswi yang juga pernah mengikuti Student Summit di Thailand ini.
Reporter: Zulfia Husnia
Foto: Dok. Pribadi
Editor: Ilham A. Ridlo