FKM NEWS – Pasca bencana banjir di Kalimantan Selatan (Kalsel) dan gempa bumi yang mengguncang Majene, Sulawesi Barat, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) melakukan penggalangan dana dan penyaluran bantuan pada korban bencana yang terdampak di kedua wilayah tersebut.
M. Atoillah Isfandiari, dr., M.Kes. Wakil Dekan 2 FKM UNAIR, selaku koordinator kegiatan, menyampaikan bahwa aksi mulia tersebut terlaksana atas inisiasi dari dosen dan tendik FKM UNAIR. Namun, tidak lupa seluruh elemen lain seperti alumni juga sangat berperan dalam kegiatan ini.
“Ini adalah bentuk rasa peduli pada saudara kita sebangsa dan setanah air,” ungkapnya.
Penggalangan dana dilaksanakan sekitar seminggu, dengan dana terkumpul sebanyak 30 juta. Dana tersebut dibagi rata pada dua wilayah bencana pada tanggal 23 Januari 2021 di Majene dan 27 Januari 2021 di Kalsel.
Atoillah menjelaskan, penyaluran dana di Majene FKM UNAIR bekerja sama dengan RSTKA (Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga). Dirupakan sebagai bantuan medis seperti obat-obatan atau bahan habis pakai yang digunakan untuk tindakan medis. Terdapat pula staf FKM UNAIR yang diterjunkan kesana.
Sedangkan di Kalsel, dana diberikan pada alumni FKM UNAIR yang berdomisili Kalimantan. Kemudian dana tersebut dirupakan dan disalurkan dalam bentuk logistik seperti sembako.
“Di Kalimantan Selatan, karena masalahnya disana adalah terputusnya korban dari wilayah logistik. Maka bantuan dirupakan logistik, dan yang menyalurkan adalah alumni FKM UNAIR,” terangnya.
Respon positif diberikan oleh semua pihak yang telah menerima bantuan. Di Majene, tim RSTKA sangat senang karena bisa meringankan kebutuhan akan obat-obatan. Di Kalsel, bantuan sembako dapat membantu supply kebutuhan para korban saat ini.
Terlepas dari itu, Atoillah juga menyampaikan bahwa tantangan dalam memberikan bantuan pada korban bencana pasti dirasakan. Di Majene karena pasien banyak maka petugas RSTKA harus melakukan penyisiran.
Sedangkan di Kalsel, kesulitannya yakni pada transportasi. Karena masih terdapat beberapa tempat yang intensitas banjir masih tinggi. Serta, terdapat satu lokasi yang terkenal banyak buaya, sehingga dapat membahayakan faktor keselamatan.
Tak lupa, pesan juga disampaikan oleh Atoillah. Bahwa bagi kita yang tidak tertimpa bencana harus senantiasa bersyukur dan kita harus meningkatkan empati serta kepedulian. Karena siapapun yang terkena mereka adalah saudara kita.
“Saat penanganan bencana, kita dalam masa pandemi. Maka kita harus tetap senantiasa mematuhi protokol kesehatan,” pungkasnya.
Penulis : Ulfah Mu’amarotul Hikmah