Hana A Pawestri, National Institute of Health Research and Development (NIHRD), Ministry of Health Indonesia dan Krisna Nur Andriana Pangesti, National Institute of Health Research and Development (NIHRD), Ministry of Health Indonesia
Kementerian Kesehatan menyatakan hingga saat ini belum ditemukan kasus positif penyakit menular cacar monyet (monkeypox) di Indonesia. Sebagai pencegahan, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) telah mengaktifkan alat deteksi panas di pintu-pintu pelabuhan kapal dan bandara udara untuk memindai penumpang (terutama dari Singapura dan Afrika) yang mengalami kenaikan suhu tubuh lebih dari 37,5° Celsius, lalu memeriksa kondisi tubuh sesuai gejala penyakit cacar monyet.
Langkah ini dilakukan karena Indonesia, sebagai tetangga dekat Singapura, memiliki frekuensi transportasi yang sangat tinggi dari negara tersebut ke beberapa kota di Indonesia.
Dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat Indonesia resah karena ada kabar mengenai kejadian penyakit menular cacar monyet (monkeypox) pada seorang turis berusia 38 tahun dari Nigeria yang sedang mengikuti lokakarya di Singapura pada akhir April. Dia dinyatakan positif mengidap cacar monyet awal Mei lalu dan 22 orang (mayoritas peserta lokakarya tersebut) yang kontak dengan penderita dikarantina selama 21 hari untuk memantau perkembangan penularan penyakit ini.
Walau laporan kasus penyakit cacar monyet pada manusia ini baru pertama kali ditemukan di kawasan Asia Tenggara, tapi kasus cacar monyet pada manusia ini telah banyak terjadi di negara-negara kawasan Afrika Barat dan Tengah seperti Republik Afrika Tengah, Liberia, Nigeria, Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, dan Sierra Leone.
Kasus tertinggi terjadi di Republik Demokratik Kongo, yang sejak 2005 ditemukan lebih dari 1000 terduga kasus per tahun, lalu 115 kasus di Nigeria, 88 kasus di Republik Kongo, dan jumlah kasus selain di ketiga negara tersebut berkisar satu sampai belasan.
Di luar kawasan tersebut, kasus cacar monyet pada manusia dan hewan telah dilaporkan ditemukan di Amerika Serikat pada 2003 (47 kasus), Inggris (3 kasus) dan Israel (1 kasus) tahun lalu, dan satu kasus terkini di Singapura.
Mengingat kasus cacar monyet pada manusia sangat jarang terjadi, perlu penjelasan yang memadai mengenai penyakit ini.
Apa perbedaan penyakit cacar monyet dan cacar air?
Virus penyebab penyakit cacar monyet dan cacar air berada dalam satu kelompok keluarga virus yang disebut Orthopoxvirus. Virus cacar monyet disebut virus monkeypox, sedangkan penyebab cacar air disebut vaccinia virus. Kedua virus ini berkerabat dekat dengan virus smallpox, penyakit cacar yang sudah dianggap musnah sejak 1980 oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) berkat vaksinasi massal.
Virus cacar monyet diidentifikasi pertama kali pada monyet pada 1958 di Kopenhagen, Denmark. Sedangkan, kasus cacar monyet pada manusia dilaporkan pertama kali terjadi pada 1970 di Republik Demokratik Kongo, Afrika.
Gejala cacar monyet pada manusia mirip dengan gejala cacar tapi lebih ringan. Gejala awal yang mirip dengan penyakit yang disebabkan oleh virus lainnya adalah demam, sakit kepala, sakit pinggang, nyeri otot, kelelahan, serta adanya pembesaran kelenjar getah bening baik di leher, ketiak, ataupun pangkal paha.
Setelah 1-3 hari, muncul ruam kemerahan dan bintik merah seperti penyakit cacar. Bintik-bintik pada permukaan kulit yang berisi cairan dan nanah akan bertahan hingga kurang lebih 2-4 minggu.
Sebagaimana penyakit virus lainnya, penyakit cacar monyet ini bersifat “self-limited”, artinya bisa sembuh sendiri tanpa pengobatan tergantung dari ketahanan dan imunitas tubuh setiap orang.
Apakah virus cacar monyet menular manusia ke manusia?
Penyakit cacar monyet ini merupakan penyakit yang bersumber dari binatang (zoonosis) yang menginfeksi manusia, walaupun sangat jarang terjadi. Monyet dari golongan primata diduga merupakan hewan pembawa virus tersebut sesuai dengan nama penyakitnya.
Namun istilah cacar monyet tersebut sebenarnya kurang tepat karena virus ini ditemukan juga pada hewan pengerat, [yaitu tikus dan tupai]. Bagaimana mekanisme manusia bisa terinfeksi oleh virus cacar monyet? Belum bisa dipastikan secara detail.
Mekanisme kontak langsung ataupun tidak langsung antara manusia dan hewan terinfeksi melalui kulit yang luka, saluran pernapasan, atau selaput lendir dengan cairan tubuh hewan tersebut diduga menjadi medium penularannya.
Kasus penularan manusia ke manusia dilaporkan bisa terjadi, terutama pada staf rumah sakit dan keluarga yang memiliki kontak yang cukup lama dengan penderita virus cacar monyet. Kasus penularan dari manusia ke manusia biasanya terjadi melalui cairan saluran pernapasan.
Selain itu, penularan dapat melalui kontak dengan cairan tubuh pasien secara langsung atau tidak langsung dari baju atau alat tidur. Namun proses penularan manusia ke manusia ini tidak mudah terjadi dan sangat terbatas.
Bagaimana cara mencegahnya?
Sampai saat ini belum ada vaksin atau pengobatan yang dianggap aman untuk kasus cacar monyet. Vaksin cacar/smallpox dianggap bisa mencegah infeksi virus tersebut, tapi vaksin tersebut saat ini jarang tersedia di pasar bebas setelah penyakit cacar dinyatakan musnah beberapa tahun silam.
Jadi saat ini, yang bisa kita lakukan untuk mencegah penularan penyakit cacar monyet adalah mencegah dan mengendalikan bila terjadi infeksi.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat dan World Health Organization (WHO) memberikan langkah langkah pencegahan berikut ini:
- Hindari kontak apa pun dengan hewan sumber virus terutama golongan rodensia dan primata (termasuk hewan yang sakit atau yang ditemukan mati di daerah monkeypox terjadi).
- Hindari kontak dengan bahan apa pun (seperti darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik) yang telah bersentuhan dengan hewan yang sakit.
- Pisahkan penderita yang terinfeksi dari orang lain yang bisa berisiko terinfeksi.
- Bersihkan tangan, baik setelah kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Misalnya, mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol.
- Gunakan alat pelindung diri saat merawat penderita. Sebaiknya tenaga kesehatan, laboratorium, maupun orang orang yang diduga terpapar dengan penderita dan spesimennya diberikan vaksin smallpox.
Bagaimana cara mencegah penyakit cacar monyet di Indonesia?
Selain mendeteksi suhu tubuh orang-orang dari luar negeri (terutama Singapura dan Afrika) di pelabuhan dan bandar udara, Kementerian Kesehatan Indonesia telah mengeluarkan surat edaran untuk seluruh dinas kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), rumah sakit, dan Puskesmas untuk menyebar informasi mengenai penyakit cacar monyet.
Sebagai pencegahan lainnya, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat Indonesia untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dan bila berkunjung ke daerah terjangkit, sebaiknya menghindari konsumsi dan atau menyentuh daging hewan yang tidak dimasak dengan benar (kurang dari 75° Celsius ).
Mengingat bahwa penularan penyakit cacar monyet tidak mudah terjadi dan di Indonesia belum pernah ditemukan adanya kasus cacar monyet baik pada hewan maupun manusia, maka kita tidak perlu panik dan khawatir. Yang penting selalu diingat adalah berperilaku hidup bersih dan sehat serta segera mendatangi profesional kesehatan bila dirasakan ada gejala penyakit cacat monyet.
Hana A Pawestri, Researcher at Virology Laboratory, National Institute of Health Research and Development (NIHRD), Ministry of Health Indonesia dan Krisna Nur Andriana Pangesti, Researcher at Virology Laboratory, National Institute of Health Research and Development (NIHRD), Ministry of Health Indonesia
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.