FKM NEWS – Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) yang tergabung di dalamnya Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan konferensi pers sebagai bentuk penolakan atas di selenggarakannya World Tobacco Asia (WTA) di Surabaya. Acara tersebut digelar pada Rabu malam (16/10/19) di Aula Sabdoadi, Lantai 1, FKM UNAIR.
Mendatangkan beberapa media, ISMKMI yang pada saat itu diwakili oleh Ahmad Syauqi (Sekretaris Jenderal ISMKMI) dan Anindya Parama Frihanggrahita (Ketua Airlangga Public Health Student Association/ APHSA) dan beberapa mahasiswa lainnya menyampaikan penolakan atas diselenggaranya WTA 2019, di Grand City Mall pada 16-17 Oktober 2019. Ahmad menyebutkan, bahwa event WTA sangat bertentangan dengan kebijakan pemerintah kota Surabaya dalam menegakkan peraturan daerah (perda) Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
“Kami kecewa terhadap pemerintah kota Surabaya yang membiarkan penyelenggaraan WTA yang bertolak belakang dengan komitmen pemerintah kota Surabaya dengan predikat Kota Layak Anak dan Perda kota Surabaya No. 2 Tahun 2019 tentang Kawasan Tanpa Rokok,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Ahmad juga menyebutkan beberapa hal yang telah dilakukan mahasiswa, yakni audiensi dengan Kementerian Kesehatan RI, pengajukan surat permohonan audiensi tentang isu WTA dengan pemerintah surabaya, gerakan aksi penolakan WTA di depan Gedung Balai Kota Surabaya pada 14 Oktober 2019 dan 16 Oktober 2019 karena tidak adanya respon dari pemerintah, serta berujung pada dialog dengan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jawa Timur. Tidak hanya itu, pada pertemuan pers tersebut mahasiswa juga menunjukkan beberapa bukti otentik pelaksanaan WTA 2019 yang dirasa akan merusak masa depan bangsa dengan pemasaran produk tembakau (rokok, red) yang semakin variatif.
Ahmad menyebutkan, bahwa pada pintu masuk, pengunjung dengan mudah mendapatkan produk tembakau dalam hal ini adalah rokok hasil produksi mesin secara cuma-cuma. Selain itu, di dalam pameran tidak hanya menampilkan mesin namun juga produknya seperti variasi rokok baru, vape atau rokok elektrik, dan lainnya.
“Pameran tidak hanya menyediakan mesin saja namun juga produk tembakau hasil olahan mesin yang dipintu masuknyapun kita dapat memperolehnya,” ucapnya.
Anindya Parama Frihanggrahita, mahasiswa FKM UNAIR yang akrab di panggil Fria itu juga menyampaikan, bahwa sikap yang mahasiswa berikan semata ingin melindungi generasi muda terutama Indonesia. Karena pada masa sekarang, prevalensi perokok anak semakin tinggi setiap tahunnya. Hal ini diakibatkan oleh karena variasi rokok yang semakin banyak dan disukai oleh anak-anak.
“Dari temen-temen ISMKMI, mahasiswa ingin melindungi generasi muda, karena perokok anak itu semakin tinggi jumlahnya. Hal tersebut karena dengan variasi rokok semakin banyak dan akan disukai oleh anak-anak,” paparnya.
Fria juga mengatakan beberapa tuntutan yang diinginkan oleh mahasiswa, pemerintah dengan tegas menolak pelaksanaan WTA atau semacamnya lagi setelah ini dengan menggunakan hak legitimasi yang dimiliki; berharap presiden dengan tegas mengawasi segala hal yang masuk di negara juga harus memperhatikan dari sisi kesehatan; adanya upaya promotif preventif dari seluruh pihak yang concern terhadap masalah ini seperti Kementerian Perdagangan untuk juga melihat dari mata kesehatan sebelum melakukan sesuatu; lalu mahasiswa, akademisi, praktisi, serta seluruh elemen masyarakat untuk tidak berhenti memperjuangkan Indonesia Sehat 2025.
“Tidak hanya pemerintah surabaya namun presiden juga harus melihat apa segala yang masuk di negara, dengan melihat semua aspek salah satunya berbasis kesehatan,” ujarnya. (*)
Penulis : Ulfah Mu’amarotul Hikmah