FKM NEWS – Masih menjadi masalah gizi di Indonesia bahkan dunia, yakni Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). GAKI dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, salah satunya pada anak usia sekolah. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi GAKI karena efektif dalam meningkatkan asupan iodium adalah Universal Salt Iodization (USI). Salah satu monitoring progran USI, yakni persentasi rumah tangga yang mengkonsumsi garam cukup iodium di suatu populasi.
Ekskresi Iodium Urin (EIU) merupakan indikator yang paling tepat digunakan untuk melihat status iodium seseorang. Status iodium seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Asupan iodium yang berasal dari garam beriodium merupakan salah satu faktor langsung yang mempengaruhi status iodium. Sedangkan faktor usia, jenis kelamin, dan sosial ekonomi orang tua, seperti pendidikan dan pekerjaan orang tua merupakan beberapa faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi status iodium anak.
Berdasarkan hal tersebut, Nurul Lathifah melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk menganalis hubungan karateristik anak (usia dan jenis kelamin), karakteristik sosial ekonomi rang tua, dan kadar iodium gara rumah tangga dengan status iodium anak usia sekolah.
Penelitian tersebut merupakan analisis data sekunder. Data yang digunakan adalah hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Dengan sampel penelitian adalah 4.328 anak usia 6-12 tahun di Indonesia yang merupakan sampel penentuan iodium urin yang juga merupakan sampel iodium garam rumah tangga pada Riskesdas 2013. Kemudian, analisis data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Chi-Square, eta dan Spearman.
Didapatkan data bahwa sebagian besar anak berusia 9 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Sebagian besar pendidikan terakhir orang tua adalah seolah dasar. Sebagian besar ayah bekerja sebagai petani (25,7%) dan ibu tidak bekerja (56,9%). Sebagian besar anak menggunakan garam dengan kandungan iodium yang kurang (5-29,9%) sebanyak (71,7%). Sebagian besar anak berisiko kelebihan iodium (>300 µg/L) sebanyak (31,1%).
Kemudian hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia anak dengan status iodium anak (p=0,812). Namun terdapat hubungan antara jenis kelamin anak dengan status iodium anak (p=0,000). Lalu, ada hubungan antara pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, dan pekerjaan ibu dengan status iodium anak (p=0,000; p=0,000; p=0,000; p=0,008; r=0,093; r=0,108; r=0,124; r=0,086). Serta ada pula hubungan yang signifikan antara kadar iodium garam rumah tangga dengan status iodium anak (p=0,000).
Maka dapat disimpulkan bahwasanya, terdapat hubungan antara jenis kelamin, karakteristik sosial ekonomi orang tua, dan kadar iodium garam rumah tangga dengan status iodium. Oleh sebab itu, perlu dilakukan edukasi yang efektif tentang dampak kelebihan iodium, disamping dampak kekurangan iodium; pemantauan penggunaan garam cukup iodium di rumah tangga; serta penertiban dan tindakan tegas kepada produsen dan distributor garam yang belum memenuhi standar cukup iodium. (*)
Penulis : Ulfah Mu’amarotul Hikmah
Link : http://repository.unair.ac.id/73974/