Stunting adalah kondisi yang memengaruhi anak-anak akibat kekurangan gizi. Di Kabupaten Jember, masalah ini cukup serius, terutama karena pola makan yang tidak tepat sejak hari-hari awal kehidupan anak. Sebuah penelitian di Kecamatan Kalisat menemukan bahwa mayoritas ibu dengan balita stunting memiliki pola pemberian makan yang kurang baik.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan melibatkan 357 dari total 4668 ibu balita. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor seperti pengetahuan ibu tentang pemberian makan, pola asuh, penghasilan keluarga, dan dukungan suami memengaruhi pola makan anak. Faktor intrapersonal dan interpersonal ini sangat penting untuk dipahami dan diperbaiki.
Pentingnya menerapkan pola makan yang baik di setiap fase perkembangan anak juga ditekankan. Dari bayi yang hanya membutuhkan ASI, hingga anak yang mulai tertarik pada makanan baru di usia prasekolah, setiap tahapan memiliki strategi pemberian makan yang berbeda. Dukungan keluarga, terutama dari suami, juga berperan penting dalam membentuk pola makan yang sehat bagi anak.
Upaya bersama antara keluarga dan lembaga kesehatan lokal diperlukan untuk mengatasi masalah stunting di Kabupaten Jember. Karena mencegah stunting tidak hanya tentang menyediakan makanan yang cukup, tetapi juga tentang memastikan pola makan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan fase pertumbuhan anak.
Di Kecamatan Kalisat, Kabupaten Jember ditemukan bahwa pola pemberian makan yang buruk pada balita sering terjadi pada usia 0-12 bulan. Faktor seperti pengetahuan ibu yang kurang, pola asuh pengabaian, penghasilan keluarga di bawah UMK, dan usia ibu di bawah dua puluh tahun memengaruhi pola makan ini. Dukungan keluarga dan suami juga sangat berpengaruh. Sementara itu, peran Puskesmas tidak terlihat signifikan dalam pola pemberian makan. Selain itu, budaya pemberian makan yang kurang baik, seperti food taboo, juga berkontribusi terhadap pola makan yang buruk.
Penulis Artikel : Firman Maulana Ihsan