Rekomendasi Hasil Diskusi Online (Zoom Meeting) IKA FKM Unair “Menyikapi Kebijakan PSBB Surabaya Raya sebagai Strategi Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19”

Rekomendasi Hasil Diskusi Online (Zoom Meeting) IKA FKM Unair “Menyikapi Kebijakan PSBB Surabaya Raya sebagai Strategi Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19”

(26 April 2020)

Ikatan Alumni Universitas Airlangga Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat menyelenggarakan diskusi daring “Menyikapi Kebijakan PSBB Surabaya Raya sebagai Strategi Pencegahan & Penanggulangan Covid-19” pada hari Minggu, 27 April 2020 melalui aplikasi zoom meeting.

Diskusi yang diikuti sekitar 200 orang peserta tersebut, menampilkan narasumber dari alumni FKM Unair dari lintas angkatan. Diawali dengan paparan Prof Sri Sumarmi, S.K.M., M.Si (Guru Besar FKM Unair)  tentang Peran Kesehatan Masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan Covid-19. Dilanjutkan oleh Dr. Djazuly Chalidyanto, S.K.M.,MARS (Tim Penyusun Kebijakan PSBB Jawa Timur) tentang PSBB sebagai strategi pengendalian Covid-19.

Narasumber berikutnya, adalah Ketua IKA Komisariat FKM Unair, yang saat ini juga terlibat sebagai relawan tim tracing Covid-19 Jawa Timur, Estiningtyas N., S.K.M., MARS yang memaparkan bagaimana peran SKM menghadapi Covid-19. Kemudian paparan tentang Kajian Perilaku Abai Masyarakat di Situasi Pandemi Covid-19 yang disampaikan oleh Agung Dwi Laksono, S.K.M., M.Kes (Peneliti Litbang Kemenkes RI). Di diskusi daring ini juga menampilkan Ketua Pengda Persakmi Jawa Timur, yang saat ini juga menjadi Kabid Sumber Daya Keseahtan Dinkes Propinsi Jawa Timur, Moh. Yoto, S.K.M., M.Kes yang memaparkan tentang bagaimana Sinergitas Organisasi Profesi dalam Pencegahan & Penanggulangan Covid-19.

Diskusi yang dimoderatori oleh Meytha Nurani, S.K.M., M.Sc.PH (Konsultan Bidang Kesehatan), berlangsung kurang lebih 2 jam, menghasilkan beberapa rekomendasi yang diharapkan menjadi perhatian bagi para alumni FKM Unair, masyarakat luas dan stakeholder yang terkait dengan Covid-19. Berikut ini rekomendasi yang dihasilkan :

  1. Peran masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19 adalah sejatinya sebagai garda depan, karena masyarakatlah yang menjadi sasaran Covid-19 (Covid-19 sebagai problem masyarakat). Dalam The five level of prevention, membagi tahapan upaya pengendalian sebuah masalah kesehatan (termasuk pandemi Covid-19) ke dalam lima level. Level pertama sekaligus ujung tombak layanan adalah “Health Promotion”. Promosi kesehatan, konsep dasarnya bagaimana menjaga status kesehatan seseorang atau masyarakat tetap dalam kondisi terbaik, bebas dari penyakit dan gangguan kesehatan serta hidup produktif.
  2. Peran SKM ( sebagai agent of change), turut mengkomunikasikan kepada masyarakat tentang Covid-19 (mendorong partisipasi RT/RW dalam pencegahan Covid-19 di setiap lingkungan kita) agar masyarakat siap dan sadar akan bahaya Covid-19, sehingg dengan sadar melakukan Social/Physical Distancing, perilaku hidup bersih dan sehat, serta bagaimana meningkatkan aktifitas daya tahan tubuh  dalam bentuk penjagaan lingkungan dan pengendalian penyebaran.
  3. Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM), juga dapat membantu surveilans/tracing kepada individu dan masyarakat yang kontak erat dengan kasus konfirmasi covid-19. Sebagaimana profil dan kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM), mereka mampu melakukan kegiatan surveilan epidemiologi tanpa memandang apa peminatannya. Lulusan SKM apapun peminatannya, telah mendapatkan mata kuliah seperti ; dasar-dasar epidemiologi, epidemiologi penyakit menular, epidemiologi penyakit tidak menular, surveilans epidemiologi/kesehatan masyarakat, manajemen data, manajemen bencana, hingga praktik belajar lapangan. Sehingga SKM, dapat lebih dimanfaatkan memenuhi kebutuhan sebagai tenaga surveilan epidemilogi sebagaimana kebutuhan saat ini.
  4. Kunci sukses pelaksanaan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar/PSBB, dengan prinsip kunci 3T+D, yaitu :
  • Trust : Masyarakat kepada pemerintah
  • Tracing dan treatment (klinis dan non klinis): Penguatan pelacakan terutama disekitar wilayah kontak kasus positif dan skrining massa, serta treatment yang tepat terutama pada aspek non klinis (sanksi bagi yang  melanggar aturan)
  • Team: Tim Pengendali / Gugus Tugas, yang berhubungan dengan mekanisme perencanaan, koordinasi, komunikasi dan informasi
  • DISIPLIN masyarakat yaitu : Diam di rumah saja, Ingat jaga jarak, Selalu berpikir positif, Ingat pakai masker, Patuhi prosedur dan protocol, Lindungi diri, keluarga dan orang sekitar, Ingat sering-sering cuci tangan, Nasehati orang lain untuk DISIPLIN
  1. Salah satu tantangan terbesar pelaksanaan PSBB adalah displin masyarakat yang cukup rendah. Berdasarkan data survey Kajian Perilaku Abai Masyarakat Terhadap Penggunaan Masker Dan Physical Distancing Dalam Pencegahan Covid-19 Di Surabaya, yang dilakukan oleh Balitbang Propinsi Jawa Timur, menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat menggunakan masker sangat rendah (10,8 %) dan Tingkat kepatuhan masyarakat menerapkan anjuran Physical Distancing rendah (25,45 %).

Hasil survey ini senada dengan survey yang dilakukan oleh Balitbang Kemenkes RI, yang menunjukkan hasil bahwa :

  • Tingginya level pengetahuan masyarakat tentang cara penularan dan penyebaran Virus Covid-19 tidak dibarengi dengan praktik yang disiplin oleh warga masyarakat.
  • Dengan berbagai alasan, sebagian warga masyarakat menyatakan sulit untuk melakukan physical distanding/ social distancing dan juga ada sebagian yang masih mempraktikkan bersentuhan dengan orang lain
  • Dengan berbagai alasan, sebagian warga masyarakat masih keluar rumah dengan tidak menggunakan APD yang adekuat (masker, sarung tangan), dan sewaktu pulang ke rumah masih ada yang tidak melalukan cuci tangan atau mandi.

Sehingga tidak ada jalan lain kecuali dengan dengan sosialisasi lebih massif dan perlu ada penegakan displin dari pemerintah dan swadaya masyarakat, yang disertai dengan antisipasi pemerintah menyiapkan jaring pengaman social (ekonomi) bagi masyarakat yang terdampak dengan cermat dan seksama

  1. Situasi pandemi Covid-19 saat ini, adalah momen yang baik dalam mengevaluasi system kesehatan di Indonesia. Bill Gates menyampaikan pesan yang menarik “Where as many see the Covid-19 virus as a great disaster, I prefer to see it as a great corrector.” Pandemi Covid-19 menunjukkan bagaimana masih lemahnya system kesehatan di Indonesia. Peradaban system kesehatan perlu direvitalisasi, dengan melakukaan penataan, pengendalian dan pengelolaan yang lebih baik.
  2. Peran masing-masing organisasi profesi saling sinergi dalam penanganan Covid-19, karena permasalahan Covid-19 tidak dapat diselesaikan oleh satu sector saja. Bila merujuk pada spectrum upaya kesehatan (Prof Ascobat Gani, 2003), maka upaya penanggulangan bencana non alam CoVID19 bisa ditelusur dari sisi hulu (Public Health), melalui upaya pengorganisasian masyarakat, sampai dengan hilirnya pada upaya pelayanan klinis medis di fasilitas pelayanan kesehatan.

Setiap pribadi dan masyarakat (sebagai pribadi adalah sebagai anggota keluarga; rukun tetangga, rukun warga, desa/kelurahan dan seterusnya, termasuk didalamnya profesi dan OP) dapat berkontribusi pada penanggulangan CoVID19, misalnya melalui kegiatan education, empowerment dan law enforcement, penerapan  peraturan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Hormat Kami,

Estiningtyas N., S.K.M., MARS
Ketua Komisariat FKM
IKA Universitas Airlangga