FKM NEWS – Kurangnya kesadaran masyarakat dalam penggunaan metode pengolahan sampah yang tepat, membuat tingginya risiko masalah kesehatan terjadi pada masyarakat Desa Purwosari, Bojonegoro. Beberapa penyakit yang kemungkinan timbul seperti ISPA, Diare, DBD, dan lainnya.
Dilatar belakangi oleh hal tersebut, pada Senin (20/1/20) mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) yang tergabung dalam tim Praktik Kerja Lapangan (PKL) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR mengadakan pelatihan pengolahan sampah baik organik maupun anorganik. Dalam kegiatan tersebut, sampah organik dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan anorganik sebagai ecobrick.
Hariyanto, Kepala Desa Purwosari dalam sambutannya menghimbau warganya bahwa pengolahan sampah yang baik perlu dilakukan untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih. Tak hanya itu, dengan lingkungan bersih maka masyarakat juga akan terhindar dari beberapa penyakit.
“Apalagi sekarang musim lalat, jadi semua juga harus berhati-hati. Menjaga lingkungan agar tetap bersih itu penting untuk menghindari penyakit akibat lalat seperti diare,” ujarnya.
Sampah organik berupa dedaunan, rumput, sampah pasar, dan lainnya diolah menjadi pakan ternak. Pakan ternak menjadi pilihan karena masih banyak masyarakat Desa Purwosari yang menjadi peternak tradisional. Bekerjasama dengan Mantri Peternakan Kecamatan Purwosari, tim PKL mendatangkan langsung ahli dalam bidang pakan ternak, Abdul Salam sang peternak sukses Bojonegoro menjadi pemateri dalam acara tersebut.
Dalam kesempatan itu, pembuatan pakan ternak dilakukan dengan metode silase atau pengawetan hijauan. Abdul menjelaskan bahwa tidak semua sampah pasar dapat dipakai pada metode silase, harus yang masih basah namun juga tidak mudah busuk. Untuk sampah pasar yang sudah dikeringkan tidak bisa masuk silase, namun dapat masuk pada metode fermentasi khusus.
“Sampah pasar seperti wortel dan sawi tidak bisa masuk karena mudah busuk. Namun bisa diolah untuk menjadi pakan lele dan ayam,” jelas Abdul.
Diakhir sesi pengolahan sampah organik, mahasiswa PKL juga melakukan penyerahan secara simbolis modul, drum hasil praktik, dan beberapa bahan pakan ternak lain. Penyerahan dilakukan oleh koordinator program pengolahan sampah organik kepada Ketua Kelompok Ternak dan Tani Desa Purwosari.
Kemudian, mahasiswa PKL mengajarkan sebuah inovasi untuk pengolahan sampah anorganik dalam hal ini adalah plastik. Dalam acara tersebut, sampah plastik dimanfaatkan sebagai ecobrick. Ecobrick dianggap menjadi solusi masalah sampah plastik sederhana namun visioner.
Hasil Ecobrick disusun menjadi pot tanaman, dengan harapan pot tersebut dapat mendukung program desa yang sedang digalakkan yakni penanaman toga (tanaman obat keluarga). Namun pada kali itu, Cornelius Youwena selaku pemateri dari mahasiswa PKL menyebutkan bahwa tak hanya bisa menjadi pot, tetapi ecobrick juga bisa digunakan sebagai bahan furniture lain seperti rak, meja, dan kursi.
Mendukung pernyataan Cornelius, Sobari selaku perwakilan Puskesmas Purwosari juga menuturkan bahwa selain dibakar, plastik dapat diolah menjadi barang-barang bernilai guna. Bisa dibikin tas, pot, dan beberapa kerajinan lainnya.
“Plastik daripada dibakar dan dapat mengganggu saluran pernafasan, lebih baik ditabung saja di bank sampah yang telah diinisiasi oleh mahasiswa PKL. Atau mungkin bisa juga di buat kerajinan yang bisa dijual. Kan untungnya buat kita sendiri,” papar Sobari.
Dalam acara siang itu, selain pelatihan pengolahan sampah juga dilaksanakan penandatangan MoU Bank Sampah antara pihak pengurus dan pihak desa. Pembacaan dan penandatangan kesepakatan disaksikan langsung oleh warga, sehingga diharapkan keberlangsungan Bank Sampah hasil inisiasi mahasiswa PKL dapat berkelanjutan dan dipertanggung jawabkan.
Penulis : Ulfah Mu’amarotul Hikmah
Dilansir dari http://news.unair.ac.id/2020/01/22/pkl-mahasiswa-unair-di-desa-purwosari-adakan-pelatihan-pengolahan-sampah/