Pentingnya Edukasi Gizi Sebagai Upaya Pencegahan Malnutrisi dan Sarkopenia pada Lansia di Griya Wreda

Lansia merupakan salah satu kelompok populasi yang rentan terhadap masalah kesehatan, termasuk malnutrisi dan sarkopenia. Malnutrisi adalah kondisi di mana seseorang tidak mendapatkan asupan protein yang memadai dan/atau energi yang cukup, sedangkan sarkopenia adalah kehilangan massa dan kekuatan otot yang terjadi seiring bertambahnya usia. Di Indonesia, prevalensi malnutrisi pada lansia (≥65 tahun) berkisar 8-26% menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dan angka kejadian sarkopenia berkisar mulai dari 9,1% hingga 59%. Faktor seperti kurangnya aktivitas fisik, penurunan hormon, dan penurunan asupan protein dapat mempercepat terjadinya sarkopenia pada lansia.

Edukasi gizi merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan, informasi, dan keterampilan kepada individu atau kelompok dalam rangka meningkatkan pemahaman mereka tentang gizi. Sesi edukasi gizi diberikan untuk memberikan pemahaman dan motivasi bagi lansia untuk dapat memperbaiki kualitas hidupnya melalui asupan protein yang cukup, aktivitas fisik yang rutin, dan cek kesehatan secara berkala. Edukasi gizi bagi lansia perlu mempertimbangkan berbagai hal seperti memberikan informasi yang mudah dimengerti, durasi yang singkat (20-30 menit), metode yang ringan seperti games, ceramah, dan diskusi serta dilengkapi dengan media yang tepat seperti booklet, video, dan powerpoint.

Protein adalah zat gizi yang sangat penting untuk membangun massa otot. Lansia sering kali memiliki masalah dalam mempertahankan massa otot mereka, sehingga penting untuk memastikan asupan protein yang memadai. Lansia dapat diberikan pengenalan terkait jenis protein yaitu protein hewani seperti daging, telur, susu, dan ikan serta protein nabati seperti biji-bijian dan kacang-kacangan. Selain itu, Isi Piringku dapat digunakan sebagai acuan porsi makan setiap hari bagi lansia. Pemenuhan protein atau lauk-pauk dalam Isi Piringku adalah 1/3 dari 1/2 piring atau setara dengan 1 butir telur atau 2 potong daging sapi untuk 1 porsi lauk hewani. Untuk 1 porsi lauk nabati setara dengan 2 potong tempe atau tahu.

Edukasi gizi juga dapat membantu lansia memahami pentingnya melakukan aktivitas fisik yang tepat untuk mempertahankan kekuatan otot. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi. Lansia direkomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik jenis aerobik dengan intensitas sedang minimal 150-300 menit dalam seminggu. Senam Ling Tien Kung adalah salah satu jenis aktivitas fisik aerobik yang mudah dilakukan bagi lansia karena memiliki tempo pelan. Senam Ling Tien Kung mampu meningkatkan metabolism dan memperlancar aliran darah.

Gambar 1. Senam Ling Tien Kung di Griya Wreda

Lansia yang tinggal di Griya Wreda memiliki keterbatasan akses untuk mendapatkan makanan sumber protein yang beragam. Aktivitas fisik yang bisa dilakukan oleh lansia di Griya Wreda adalah senam dan berjalan kaki di sekitar panti. Oleh karena itu, edukasi gizi memiliki peran dalam memberikan motivasi bagi lansia sehingga diharapkan dapat mencegah dan mengatasi masalah malnutrisi dan sarkopenia. Melalui pemberikan edukasi gizi yang tepat, lansia dapat memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk membuat pilihan makanan yang sehat dan bergizi sehingga kemudian dapat meningkatkan aktivitas fisik.

Penulis : Kamila Dwi Febrianti

Leave a Reply