Peran Budaya Oko Mama dan Budaya Konsumsi Sirih Pinang

FKM NEWS – Program Doktor Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga kembali menyelenggarakan Ujian Doktor Terbuka atas nama Dr. Christina Ngadilah, drg., M.PH yang merupakan lulusan doktor ke-216 dan berhasil lulus dengan predikat sangat memuaskan.
Penelitian yang dilakukan oleh dokter gigi dan Ketua Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes Kupang ini berangkat dari budaya masyarakat Timor serta suku di Nusa Tenggara Timur lainnya yaitu Oko Mama atau menggunakan sirih pinang dan kapur sebagai simbol orang yang berbudaya dan mempunyai adat. Sirih pinang dijunjung tinggi dan digunakan dalam hampir semua urusan yang berhubungan dengan manusia. Salah satunya adalah mengkonsumsi sirih pinang. Hal tersebut melekat tidak hanya di kalangan masyarakat bawah, juga pada petinggi daerah. Sirih bahkan dianggap sebagai simbol penghormatan. Berdasarkan penelitian di beberapa negara, disebutkan bahwa mengkonsumsi sirih pinang kurang menguntungkan karena dapat menyebabkan kerusakan DNA akibat campuran sirih pinang mengandung kapur Ca (OH)­2, menimbulkan respon primer terhadap formasi oksigen reaktif. Kondisi ini belum disadari oleh masyarakat Kupang.
Sementara itu, terdapat beberapa konsekuensi dari mengkonsumsi sirih pinang. Diantaranya adalah merusak gusi dan jaringan penyangga gigi. Penyakit yang dapat timbul seperti infeksi dan radang pada gusi serta jaringan penyangga gigi, bahkan leukoplakia, fibrosis pada submukosa, dan kanker ganas sel squamous. Selain itu, mengkonsumsi sirih pinang juga berbahaya bagi kesehatan umum, orang yang mengkonsumsi akan lebih mudah terkena HIV, TB, Hepatitis, serosis hepatis, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes, hingga kematian. Di sisi lain, dilaporkan bahwa orang yang mengkonsumsi sirih pinang mengalami sensasi well-being, gembira, badan bertambah hangat, waspada, konsentrasi, dan kapasitas kerja meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa rata-rata usia yang mengkonsumsi sirih pinang adalah 36,67, lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan, pekerjaan terbanyak adalah petani lahan kering, dan pendidikan terbanyak adalah SD. Responden penelitian paling banyak mengkonsumsi 5 buat sirih pinang setiap hari dengan waktu paling lama 10 tahun. Campuran sirih pinang terbanyak adalah dengan kapus karena secara filosofis dianggap melambangkan kesatuan dari berbagai unsur sama dengan keberadaan manusia yang membutuhkan orang lain untuk bisa merasa lengkap dan dihargai serta dianggap mempunyai martabat. Semua (100%) pengkonsumsi sirih pinang yang laki-laki menyatakan bahwa mereka diajarkan oleh orang tua, sedangkan untuk perempuan adalah orang tua dan tetangga. Sebagian pengkonsumsi sirih pinang mengetahui bahwa penting untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Mereka menganggap bahwa hal tersebut dapat membersihakan dan menyehatkan gigi. Budaya Oko Mama mempengaruhi sikap, norma, niat, dan perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi sirih pinang.
Hasil analisis menyebutkan bahwa ada pengaruh antara sikap, persepsi norma, dan keyakinan tentang konsumsi sirih pinang terhadap niat mengkonsumsi sirih pinang. Selain itu, ada pengaruh antara perilaku mengkonsumsi sirih pinang terhadap pH saliva dan saliva flow rate. Sementara itu tidak ada pengaruh antara persepsi kesehatan gigi dan mulut tentang sirih pinang, dan persepsi tentang penyakit yang ditimbulkan oleh sirih pinang terhadap niat maupun perilaku mengkonsumsi sirih pinang. Serta, tidak ada pengaruh antara perilaku mengkonsumsi sirih pinang dengan angka karies. Promovendus memberikan sara ke depannya sikap, norma, dan keyakinan masyarakat tentang budaya ini terus menerus diubah dengan pendekatan pengetahuan tentang penyakit akibat mengkonsumsi sirih pinang, juga dengan Oral Health Education.
Ujian Terbuka Doktor ini dihadiri oleh pihak keluarga dari promovendus dan teman SMA. Promovendus mengucapkan terima kasih terutama kepada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Sebagai akademisi dan masyarakat NTT, Dr. Christina Ngadilah berharap masyarakat diberikan alternatif untuk menanam tanaman lain yang lebih menyehatkan serta bisa menambah penghasilan, juga ke depannya diterapkan pendidikan kesehatan sejak usia dini yang memberikan edukasi tentang bahaya mengkonsumsi sirih pinang, agar dapat memutus mata rantai perilaku yang merugikan.
Kontributor: Erin Sebtiarini