Bentuk Komunikasi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) Covid-19 Ala Siswa SMPN 19 Surabaya

Beberapa waktu yang lalu tepatnya di penghujung akhir 2019, Corona Virus Disease  2019 atau yang sering disebut dengan COVID-19 sudah membuat resah kesehatan  serta kehidupan masyarakat termasuk di Indonesia. Bahkan di Jawa Timur sendiri  sempat menyandang jumlah kasus konfirmasi tertinggi di Indonesia melampaui  provinsi lainnya. Banyaknya tantangan selama pandemic covid-19, pada akhirnya  pemerintah mengupayakan segala cara untuk meredam laju penyebaran covid-19 ini berupa komunikasi yang intensif dalam penanggulangan, pendeteksian dan  pemutusan rantai penularan penyakit dengan pembentukan Satuan Tugas COVID-19 serta menerapkan Strategi utama pencegahan penularan masih mengandalkan  penerapan protokol kesehatan pada masa New Normal atau lebih dikenal Adaptasi  Kebiasaan Baru (AKB). 

             Kesediaan masyarakat dan bentuk konsistensi serta istiqomah dalam menerapkan 3M  ini merupakan kunci keberhasilan dari AKB. Sayangnya kondisi ini tidak terlaksana  pada beberapa siswa di SMPN 19 Surabaya. Terlebih mereka yang berada di kelas  khusus atau yang sering disebut dengan kelas terbuka. Padahal selama ini pihak  sekolah sudah melakukan berbagai cara promosi kesehatan dalam menerapkan protokol AKB. Untuk itulah peneliti ingin meneliti bagaimana komunikasi promosi  kesehatan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) yang sudah ada pada siswa kelas regular  dan kelas terbuka SMPN 19 Surabaya. Dan juga ingin mnegtehui lebih lanjut harapan  mereka tentang bagaimana komunikasi promosi kesehatan Adaptasi Kebiasaan Baru  (AKB) yang sesuai harapan pada siswa kelas regular dan kelas terbuka SMPN 19  Surabaya. 

            Penelitian ini berlangsung di bulan Mei 2023, bertempat di SMPN 19 Surabaya  tepatnya di wilayah kerja Puskesmas Klampis Ngasem Surabaya. Pemilihan SMPN 19  Surabaya sebagai tempat penelitian juga karena SMPN 19 Surabaya merupakan salah  satu sekolah favorit yang di dalamnya terdapat program kelas regular dan program  kelas terbuka. Responden yang diambil untuk ikut dalam penelitian yaitu mereka  yang duduk di kelas VIII dan IX di kelas regular dan kelas terbuka yang berusia antara  14-17 tahun serta dapat berkomunikasi dengan baik. Berdasarkan teknik stratified  random sampling di dapatkan pemerataan besar sampel untuk masing masing kelas  dari 98 responden tersebut dialokasikan ke kelas reguler sebanyak 53 siswa dan kelas  terbuka sebanyak 45 siswa. 

            Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber informasi promosi kesehatan AKB di  kelas regular sesuai kenyataan didominasi oleh tenaga medis (dokter, perawat, dan  bidan) sebanyak 12 orang atau 22,6%, isi pesan yang menghibur dan lucu sebanyak 18  orang atau 45% dengan cara penyampaian pesan bergambar 9 orang atau 69,2%, dan  memilih jenis media WhatsApp sebanyak 28 orang atau 52,8%. Sedangkan sumber  informasi promosi kesehatan AKB di kelas regular sesuai harapan Toma (Tokoh  Masyarakat) seperti tetangga, presiden, pejabat, artis tv dan sosial media, penyanyi  dan atlet sebanyak 17 orang atau 32,1%, isi pesan yang menghibur dan lucu sebanyak  20 orang atau 62,5% dengan penyampaian pesan teks 11 orang atau 52,4%, dan  memilih jenis media sosial lainnya (Instagram, Toutube dan Twitter) sebanyak 16 orang  atau 30,2%. 

            Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber informasi promosi kesehatan AKB di  kelas terbuka sesuai kenyataan didominasi oleh keluarga dan saudara sebanyak 19  orang atau 42,2%, isi pesan yang menghibur dan lucu sebanyak 16 orang atau 47,1%  dengan cara penyampaian pesan melalui video 5 orang atau 45,5%, dan memilih jenis  media WhatsApp sebanyak 20 orang atau 44,4%. Sedangkan sumber informasi promosi  kesehatan AKB di kelas terbuka sesuai harapan Toma (Tokoh Masyarakat) seperti  tetangga, presiden, pejabat, artis tv dan sosial media, penyanyi dan atlet sebanyak 15  orang atau 33,3%, isi pesan yang menghibur dan lucu sebanyak 15 orang atau 57,7%  dengan penyampaian pesan teks 7 orang atau 36,8%, dan memilih jenis media sosial  lainnya (Instagram, Toutube dan Twitter) sebanyak 19 orang atau 42,2%. 

           Hasil penelitian tentang komunikasi promosi kesehatan AKB terhadap pengetahuan,  sikap dan perilaku siswa baik di kelas regular dan kelas terbuka termasuk dalam  kategori cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap,  dan perilaku baik di kelas reguler dengan nilai sig. < 0,05 (0,001 < 0,05) maupun di  kelas terbuka nilai sig. < 0,05 (0,004 < 0,05). Serta terdapat perbedaan skor rata-rata  perilaku antara kelas regular dan kelas terbuka karena nilai sig. < 0,05 (0,029 < 0,05).  Dan terdapat perbedaan skor rata-rata pengetahuan antara kelas regular dan kelas  terbuka karena nilai sig. < 0,05 (0,002 < 0,05). Serta tidak terdapat perbedaan skor rata rata perilaku antara kelas regular dan kelas terbuka karena nilai sig. < 0,05  (0,055>0,05). 

Penelitian ini juga memberikan kontribusi berupa rekomendasi tentang komunikasi  promosi kesehatan AKB, seperti:

  1. Sumber informasi yang perlu diperhitungkan untuk praktik komunikasi  promosi kesehatan AKB bisa diupayakan dari tenaga kesehatan atau tenaga  promosi kesehatan dari dinas kesehatan atau puskesmas setempat serta  melibatkan tokoh masyarakat sekitar, dan seperti pak RT, ketua pemuda  karang taruna, tetangga, atau bahkan bisa menghadirkan para artis selebgram  dengan berkolaborasi mengkampanyekan AKB kepada para siswa di kelas  regular dan kelas terbuka.
  2. Isi pesan komunikasi promosi kesehatan yang perlu dihadirkan dalam praktik  komunikasi promosi kesehatan sesuai harapan siswa kelas regular dan kelas  terbuka mengandung unsur isi pesan yang menghibur dan lucu, dengan cara  penyampaian isi pesan bisa melakukan perpaduan antara pesan bergambar,  pesan dalam bentuk teks maupun juga pesan melalui video. 
  3. Jenis media yang digunakan dalam praktik komunikasi promosi kesehatan  adalah media sosial, seperti WhatsApp, Instagram, Youtube dan Twitter. Kecepatan  dalam mengakses media sosial sangat diperlukan oleh remaja siswa. Namun juga tidak mengesampingkan jenis media lain yang telah dibuat oleh pihak  dinas kesehatan dan puskesmas terkait.
  4. Pihak sekolah perlu mengadakan kerjasama yang intens dengan puskesmas  setempat untuk dapat mengintervensi pihak orangtua siswa. Tujuannya adalah  selain pendidikan kesehatan telah diberikan di sekolah, namun perlu adanya  dukungan moral dari para orangtua siswa. Agar terwujud dan terlaksana  komunikasi promosi kesehatan yang baik. 
  5. Pihak sekolah juga perlu mengadakan kerjasama dengan pihak puskesmas  dalam pelatihan kader UKS untuk penguatan praktik komunikasi promosi  kesehatan yang lebih baik.

Penulis : Ilyu ‘Ainun Najie’., dr., M.Kes.

Leave a Reply